(Cerpen ini dimuat di Koran Harian Singgalang, Minggu/ 4 Juni 2017)

Aku tidak tahu apakah perjalanan kali ini akan mendekatkan ataukah semakin menjauhkanku darimu. Aku kembali ke kota ini dengan segala keberanian yang kupunya. Kota di mana segala harapan dan mimpi luruh bersama cahaya. Ada rasa ragu di dalam hatiku mulanya. Namun surat terakhir yang kau kirimkan saat itu menyadarkanku bahwa kita memiliki perasaan yang kekal. Jangan kau tanya bagaimana aku bisa meyakini hal itu. Entah kau menyadarinya atau tidak, beberapa kalimat yang kau tulis saat itu mampu membangunkanku untuk keluar dari bilik sunyi yang telah membuat kita kian berjarak. Aku masih ingat kalimat-kalimat itu.

18836691_10203100285465701_3915953842133543442_o
Foto oleh : Yeni Purnama Sari 

“Ketika kau tahu debar itu masih ada, maka pada saat yang sama rasa itu juga akanberdetak pada diriku. Hanya kita yang mampu merasa dan menyelamatkan diri dari sunyi.”  

Salam hangat,

Athalia

Lanjutkan membaca “Cahaya dan Pemanggil Kupu-Kupu”