Hari ini aku baru saja menyelesaikan membaca novel Leila.S.Chudori “9 Dari Nadira. Sembilan cerita pendek yang menyajikan penggalan-penggalan kehidupan Nadira (toko utama) yang terbagi dalam alur maju mundur. Aku langsung jatuh cinta dengan buku ini karena sampulnya yang unik. Ilustrasi sampulnya bergambar seorang wanita dalam pakaian jawa kuno (pewayangan) membuat mataku tertarik untuk membelinya. Aku membelinya di akhir tahun 2009 dan aku baru menamatkannya tiga tahun berikutnya,tahun 2012. heheehee…

Kebiasaan buruk yang masih belum bisa aku hilangkan. Aku selalu menunda-nunda untuk menamatkan buku-buku yang aku beli. Buku 9 dari Nadira ini kembali menarik perhatianku karena ceritanya yang memang menarik. Terlebih dengan nama-nama tokohnya. Seperti Nadira, Utara Bayu, Nina, Arya, nama-nama yang identik dengan suku Jawa (tokoh-tokoh pewayangan). Namun yang membuat aku menyukai buku ini adalah cara penceritaannya yang memikat. Meskipun ceritanya mungkin sedikit kelam, yaitu kisah kehidupan seorang wartawan perempuan di majalah Tera yang kehidupannya terpuruk sejak kematian ibunya yang meninggal karena bunuh diri yang juga menjadi awal dari petualangan hidup Nadira (si tokoh utama).

Bagaimana Nadira bertahan untuk menjalani kehidupan tanpa ibu yang sangat dikasihinya. Kehidupan Nadira menjadi tidak lagi menggairahkan. Kehidupannya hanya berkutat di seputar dunia jurnalistik yang juga begitu dicintainya. Nadira membenamkan hidupnya untuk larut dalam pekerjaan. Bertualang dari satu wawancara ke wawancara lainnya. Menyelesaikan tugas peliputan yang ditugaskan padanya. Setelah lama berkutat dengan pekerjaannya akhirnya suasana hati Nadira kembali terang dan kehidupannya kembali menggairahkan setelah perjumpaannya dengan Nico. Seorang laki-laki yang mampu memikat hatinya.

Laki-laki yang awalnya memberikan pencerahan dalam hidupnya dan memberikan seorang buah hati dari pernikahan kilat mereka. Nadira hanya mengenal laki-laki itu selama 6 bulan. Namun perkenalan itu sudah cukup memberikan keyakinan kepada Nadira untuk menikah dengannya. Mudah ditebak pernikahan ini pun berujung pada perceraian. Nadira bukan hanya dimabuk oleh cinta buta. Tapi juga oleh sikap Nico yang ia nilai berbeda dari pria lainnya. Padahal tanpa Nadira sadari seorang Utara Bayu, rekan sekantornya telah lama jatuh hati padanya.
Nadira memang merasakan perhatian yang diberikan oleh laki-laki itu. Sejak kematian Ibunya, Utara Bayu atau yang dipanggil Tara itu senantiasa memberikan perhatian yang nyata pada Nadira. Mulai dari seikat bunga Seruni, hingga menemani tugas wawancara Nadira dengan seorang pembunuh psikopat. Namun si lelaki justru tidak pernah menyatakan perasaannya itu secara terus terang kepada Nadira sampai Nadira menikah dan bercerai. Cinta itu dipendamnya dalam hati. Yang lebih disayangkan Nadira pun tidak menyadari rasa yang ia miliki kepada laki-laki itu.

Memasuki bab-bab akhir 9 Dari Nadira justru semakin bikin gemas. Terlebih moment Ketika Nadira menerima undangan pernikahan saudara laki-lakinya, Arya yang mengundangnya melalui email. Sejak perceraiannya dengan Nico, Nadira pun hijrah ke Kanada untuk mengajar di kampus almamaternya. Awalnya Nadira ragu untuk hadir di pernikahan abangnya tersebut. Namun sepucuk email dari Yu Nina, Kakak perempuannya yang juga berada di luar negeri meluluhkan hati Nadira untuk pulang dan hadir pada pesta pernikahannya. Melalui sambungan telepon Nadira pun mengabarkan kepulangannya. Kepulangan Nadira tidak hanya untuk menghadiri pernikahan abangnya. Namun juga untuk memastikan rasa yang tidak ia sadari kepada Utara Bayu yang sayangnya sudah terlambat. Karena kepulangan Nadira dinanti oleh dua orang lelaki yang dekat dalam hidupnya, yaitu Arya dan Utara Bayu yang justru akan menikahi rekan sekantor dan seniornya, yaitu Kara Novena.

Ending yang unhappy ini membuat pembaca jadi gregetan, termasuk saya. Andaikan Nadira lebih awal menyadari perasaannya tentu kehidupannya tidak lagi penuh tragedi. Hmm…9 Dari Nadira buku yang sangat pantas dibaca. Bukan hanya sebagai bagian dari perkembangan sastra Indonesia. Namun juga sebagai penyadar bahwa kita tidak akan tahu arus mana yang akan mengalirkan kita dalam menjalani kehidupan di dunia. So,love your life! ^_^ (Padang, 5 Agustus 2012).